Kamis, 18 Oktober 2012

PPL yang menyenangkan di SMK NU 01 KENDAL

PPL??? Wah pas pertama denger kata "PPL" rasanya tuh kaya ditodong bajak laut bersirip (lho?). Pokoknya "menyeramkan" lah. Tapi setelah dijalani, rasanya sangat menyenangkan. dapat pengalaman yang baru-baru and pastinya bermanfaat. Yang paling berkesan tuh pas pertama kalinya seumur hidup (21 tahun ini) dipanggil "IBU",,,ibu sodara-sodara....Padahal bapaknya ajah belum nemu, eh udah dipanggil ibu aja. Udah gitu ngga tanggung-tanggung anaknya langsung sekitar 100 orang dengan umur rata-rata 17 tahunan. Whattt??? cuma beda 4 tahun aja. Anak sama Ibu udah kaya temen aja. Pokoknya MIRACLE banget. Thanks for best moment in SMK NU 01 KENDAL....Love you ALL...



Selain dapet anak-anak and pengalaman, juga dapet "keluarga" baru. Kami (22 mahasiswa PPL UNNES 2012 di SMK NU 01 KENDAL) sudah menganggap sebagai keluarga satu sama lainnya. Pernah juga kami menangis bersama-sama. So sweet banget kan.





Jaman Pembekalan sebelum PPL






Jaman Kuliah sebelum semester 7


















 
Read More..

Minggu, 20 Mei 2012

Materialitas dan Resiko Audit


1.    Hubungan materialitas dan resiko audit
·         Jika materialitas rendah-jumlah salah saji yang kecil saja dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi-auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompeten dalam jumlah yang banyak
·         Jika material tinggi-jumlah salah saji besar baru dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan-auditor hanya perlu mengumpulkan bukti audit kompeten sedikit saja

2.    Risiko audit keseluruhan dan risiko audit individual
Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :
1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan.
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
1. Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)
Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material.
2. Risiko Audit Individual
Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun secara individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko audit individual perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu seringkali sangat penting karena besar saldonya atau frekuensi transaksi perubahan.
3.    Resiko audit
Pengertian resiko audit
Risiko audit adalah risiko bagi auditor untuk membuat kesalahan dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan, karena gagal mengungkap salah saji material.


Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri daripada sediaan batu bara. Akun yang terdiri dart jumlah yang berasal dart estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data berupa fakta. Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan. Sebagai contoh, perkembangan teknologi mungkin menyebabkan produk tertentu menjadi usang, sehingga mengakibatkan sediaan cenderung dilaporkan lebih besar. Di samping itu, terhadap faktor-faktor tersebut yang khusus menyangkut saldo akun atau golongan transaksi tertentu, faktor-faktor yang berhubungan dengan beberapa atau seluruh saldo akun atau golongan transaksi mungkin mempengaruhi risiko bawaan yang berhubungan dengan saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Faktor yang terakhir ini mencakup, misalnya kekurangan modal kerja untuk melanjutkan usaha atau penurunan aktivitas industri yang ditandai oleh banyaknya kegagalan usaha.

Risiko Pengendalian
risiko yang disebabkan oleh kegagalan SPI dalam mencegah atau mendeteksi secara cepat salah saji dalam laporan keuangan

Risiko Deteksi
risiko yang disebabkan oleh kegagalan auditor dalam mendeteksi salah saji material, setelah audit dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit. Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.

         Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima. Komponen risiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase atau secara nonkuantitatif yang berkisar, misalnya, dari minimum sampai dengan maksimum. Resiko Deteksi adalah satu-satunya resiko yang bisa dipengaruhi/diatur oleh auditor, lewat banyak atau sedikitnya bukti dengan penambahan atau pengurangan prosedur audit . Apabila auditor ingin resiko deteksi kecil, maka perlu lebih banyak bukti audit/prosedur audit, dan sebaliknya.
4.    Penggunaan informasi risiko audit
Dari formula tersebut ,risiko deteksi dapat diketahui melalui tahap-tahap:
·         Menetapkan risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian secara individual berdasarkan pertimbangan professional auditor
·         Melakukan penghitungan risiko deteksi sesuai dengan formula tersebut
Pengkuantifikasian pertimbangan merupakan pekerjaan yang yang sulit bagi auditor. Oleh karena itu, beberapa auditor lebih menyukai pertimbangan kualitatif dalam menaksir berbagai risiko yang membentuk risiko audit. Di samping itu, penggunaan pendekatan kuantitatif memaksa auditor untuk memikirkan dengan mendalam berbagai pertimbangan auditnya.
5.    Hubungan antara unsur resiko
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berhubungan terbalik dengan risiko deteksi dan risiko audit. Artinya, jika risiko bawaan dan risiko pengendalian tinggi (potensi salah saji besar), maka risiko deteksi dan risiko audit akan ditentukan rendah (artinya auditor akan lebih hati-hati dalam melaksanakan pengujian audit).


         Read More..

ANALISIS REGRESI DENGAN VARIABEL DUMMY


Analisis regresi dengan variabel dummy
Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kualitatif (misal: jenis kelamin, ras, agama, perubahan kebijakan pemerintah, perbedaan situasi dan lain-lain). Variabel dummy merupakan variabel yang bersifat kategorikal yang diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifat kontinue.
Variabel dummy hanya mempunyai 2 (dua) nilai yaitu 1 dan nilai 0, serta diberi simbol D.
D = 1 untuk suatu kategori (wanita, Batak, Islam, damai dan sebagainya).
D = 0 untuk kategori yang lain (pria, Jawa, Kristen, perang dan sebagainya).

Regresi Linier tidak hanya terbatas digunakan untuk memodelkan hubungan dimana variabel bebas (X) bertipe data interval atau rasio saja. Regresi linier juga memungkinkan bila digunakan untuk melakukan analisis data bila variabel bebasnya (X) bertipe data nominal. Teknik semacam ini dikenal dengan nama regresi variabel dummy.
Contoh kasus:
Seorang peneliti tertarik untuk memprediksi laba 2 macam perusahaan (swasta asing dan swasta nasional) bila ditinjau dari besarnya biaya iklan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membuat iklan mengenai produknya. (Untuk perusahaan swasta asing, laba yang diamati adalah laba yang diperoleh dari hasil penjualan produknya di wilayah Indonesia saja.)

Kasus semacam ini dapat diselesaikan dengan metode regresi menggunakan variabel dummy. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah teknik menyusun variabel dummy dalam analisis regresinya.
Dari contoh kasus di atas, variabel respon (Y) adalah Laba perusahaan, variabel bebas (X) adalah biaya iklan, sedangkan variabel dummy-nya adalah tipe perusahaan, yaitu swasta asing dan swasta nasonal. Kita sebut terdapat 2 tipe/kategori perusahaan.
Untuk menyusun variabel dummy-nya, maka kita perlu menentukan terlebih dahulu banyaknya variabel dummy yang digunakan. Banyaknya variabel dummy yang digunakan adalah sebanyak kategori dikurangi satu.
Rumus: banyaknya var dummy = banyaknya kategori – 1.
Dalam kasus kita di atas, maka banyaknya variabel dummy adalah = 2-1 = 1 buah.

Read More..